SALAM "Perdamaian" - Part 1


SALAM "Perdamaian" - Part 1
by : M Bastian Noor



     Di sebuah daerah tinggallah seorang anak kecil bersama suku Respa, anak itu biasa dipanggil dengan sebutan Taka. Di usianyanya yang baru 8 tahun Taka merupakan anak yang periang dan aktif, dan tentunya cukup nakal dan selalu jahil.

     Taka memiliki begitu banyak binatang peliharaan, yaa walaupun sebenarnya itu binatang peliharaan Ayahnya. ahahaha ada sekitar 20an ekor Ayam dan belasan ekor Kambing yang dia miliki, dan salah seekor kambing yang Taka anggap sebagai sahabatnya karena kambing tersebut memiliki tubuh yang besar dan dia selalu menungganginya selayaknya seekor kuda. Dia memanggil kambing itu dengan nama Si Hitam.

    Sepulang sekolah setelah makan siang Taka akan membawa kambing-kambingnya berkeliling kampung untuk mencari rumput segar.

     Suatu ketika Taka pernah ketiduran saat dia sedang mengembala kambingnya, lalu dia tebangun karena ada suara teriakan dan suara panci-panci yang berjatuhan.

    saat dia mencari sumber suara tersebut ternyata berasal dari seorang ibu-ibu yang sedang melempar panci-panci ke arah ...... Kambing-kambingnya!!!!!

Waaaaaaaa???!!! Woy!! Woy!! Woy!! Apa yang sedang kamu lakukan??!”
Apa apa apa??!!! ini kambing mu makan tanaman ku!!!
Yaa kan mereka kambing, ngga bisa mikir. lagi pula kenapa ngga dipasangi plang trus tulis ‘jangan dimakan’..
Iya juga yaa, Maaf yaa!! Heh, kamu kira aku bego, Lalu kalau mereka ngga bisa mikir emank mereka bisa Baca apa yang aku tulis. Kamu kemana tadi, kenapa tidak menjaga kambing mu.
maaf tadi aku ketiduran,.
kok bisa?!! yaa itu salah mu berarti.
aku ini Manusia, pasti pernah melakukan kesalahan..

saat mereka asik berdebat, ternyata kambing Taka telah menghilang, Taka pun panik dan segera mencari kambingnya.
Sebelum dia pergi Taka menoleh kearah ibu tersebut dan berkata,
seharusnya tadi ibu jangan marah, jadi aku ngga kehilangan kambing ku.. Tapi maaf atas kesalahan ku,, Sayonara!!!

Begitulah Taka, dia tau kalau dia salah, tapi dia tidak mau sepenuhnya disalahkan, namun Taka akan mengakhirinya dengan meminta maaf.. ahahaha
Selain itu karena begitu sayang dengan Kambing favoritnya itu, dia akan membela mereka walaupun mereka bersalah.

 Di lain waktu, Taka membawa kambingnya ke hutan agar saat iya ketiduran kambing-kambingnya tidak akan memakan tanaman warga lagi.

Saat di tengah hutan iya bertemu ayahnya yang akan menebang pohon untuk di buat alat musik.
sambil mengelus kambingnya yang sedang makan, Taka melihat ayahnya berbicara dengan pohon yang akan dia tebang.

mungkin ayah sudah mulai gila, pohon kok di ajak bicara.”
Ungkap Taka sambil menatap si Hitam.
tanpa dia sadari dia mengatakan hal itu kepada si Hitam, yang mana si Hitam pun tidak dapat berbicara dengan manusi. Ahahahaha

Setalah selesai menebang, Ayahnya pun menghampiri Taka untuk beristirahat.

Ayah!!! Sehat? Mau kerumah sakit??
Ee, sehat..
Kenapa tadi ayah ngobrol dengan pohon??

Saat mendengar pertanyaan itu sontak saja si Ayah tertawa..
 
Ahahaha, itu bukan ngobrol, tapi sedang berterima kasih kepada pohon.
berterima kasih?? buat apa??

Begitu nampak jelas wajah terkejut dan kebingungan yang dialami Taka, dan Ayahnya pun tersenyum kecil saat melihat putra sulungnya itu kebingungan.

“Hhhhmmm, yaa karena itu hal sederhana yang sebaiknya kita lakukan”
lalu tadi apa yang ayah katakan kepada pohon itu?
ayah berkata ‘wahai pohon, maaf hari ini aku harus menebang mu, terima kasih karena selama ini kau telah memberikan kami kehidupan, kau memberikan oksigen agar kami bisa bernafas, dan memberikan perlindungan kepada kami dari panasnya terik matahari’ sederhana bukan?!”
apa kita harus melakukan hal itu??

Tanya Taka sambil mengernyitkan dahinya karena dia belum memahami maksud yang dilakukan sang Ayah.

yaa, tentu!! karena kita merebut hak mereka untuk hidup.

Namun karena begitu lelah Taka pun tertidur disamping Ayahnya saat ayahnya sedang menjelaskan maksud dan tujuan hal yang dia lakukan itu.
Dan si Ayah hanya tersenyum kecil saat melihat putranya terlelap.

“Suatu hari kamu akan paham apa itu Perdamaian nak!!”

Menjelang sore Taka kembali kerumah bersama Ayahnya, saat sampai dirumah mereka mendapati sang Ibu sedang menangis sambil memegang gagang telpon.
Ternyata Kakek Taka telah meninggal dunia, Taka bersedih dan menangis.

Taka menjadi lebih sedih lagi saat mengetahui kalau di hari ke tiga setelah kakeknya meninggal, si Hitam akan di korbankan untuk mengadakan upacara adat.
Pada hari itu Taka menjadi pendiam.

“Apa maksudnya semua ini, kakek telah meninggal, tapi kenapa si Hitam harus di korbankan??!!
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar